Dalam gelaran Hannover Messe 2024, Kementerian Perindustrian turut bertemu bos Volkswagen yang turut menyambangi paviliun Indonesia. Pada kesempatan itu, perbincangan potensi investasi dan bisnis pun dijajaki. Termasuk soal dorongan dari Kementerian Perindustrian agar Volkswagen membangun fasilitas mobil listrik di Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga diajak untuk melihat mobil VW Comby terbaru besutan Volkswagen yang diboyong dalam Hannover Messe 2024. Meski VW Comby punya bentuk ikonik dan sejarah panjang, namun besutan barunya ini terlihat lebih modern dari sisi eksterior dan interior yang dibenamkan teknologi baru.
Agus mengatakan, Volkswagen sejatinya sudah berinvestasi di Indonesia, namun berkolaborasi dengan perusahaan tambang, Vale. Mereka downstreaming dari nikel kemudian proyek kedua mereka akan sampai membangun prekursor dari baterai.
“Nah proyek ketiga, kita sudah dapat komitmen dalam waktu dekat akan memulai membuka fasilitas EV (electric vehicle/kendaraan listrik) di Indonesia,” ujar Agus saat ditemui detikFinance di sela Hannover Messe 2024 yang berlangsung 22-26 April di kota Hannover, Jerman.
Memang, rencana tersebut belum bisa dipaparkan secara lebih detail. Namun yang pasti, Kemenperin siap memfasilitasi rencana ini agar bisa tereksekusi dengan lancar. Terlebih di kawasan industri Batang, Jawa Tengah, terdapat kawasan khusus bagi industri yang berasal dari Jerman. “Jadi nanti tunggu saja kelanjutannya,” lanjut Agus.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman yang turut ikut hadir Hannover Messe 2024 mengingatkan, target Rp 20 triliun yang dikejar Indodnesia dari Hannover Messe jangan sebatas MoU di atas kertas, namun juga mesti tereksekusi dengan baik sampai jadi.
Sebab dengan demikian harapan meningkatkan nilai ekonomi Indonesia hingga menciptakan lapangan kerja baru benar-benar bisa tercapai, tak sebatas tanda tangan nota kesepahaman dan seremonial. “Kehadiran kami di Komisi VII pada Hannover Messe memonitor untuk target-target itu tercapai. Saya pikir kata kuncinya target (investasi yang tereksekusi), bukan sebatas berapa MoU kerjasama yang tercapai,” kata politisi Partai Golkar tersebut.
Fase di pasca MoU ini yang diwanti-wanti Komisi VII DPR RI harus juga benar-benar dikawal sampai jadi. Tentu ini masih menjadi isu yang klise, dimana soal isu perizinan, approval dan realisasi kontrak MoU yang butuh waktu lama masih menjadi soal.
“Perlu dipahami, Kemenperin sebetulnya kementerian fasilitator industri masuk. jadi harapan kita kementerian teknis, seperti kementerian ESDM dan kementerian teknis lainnya yang memang menjadi ujung tombak perizinan bisa melakukan proses izin yang lebih cepat,” lanjut Maman.
Ia juga memaparkan isu menarik terkait Volkswagen, perusahaan manufaktur dan produsen otomotif asal Jerman. Dimana Volkswagen sejatinya sudah bekerjasama panjang dengan beberapa perusahaan, semisal Vale, dan mitra di Indonesia, lalu ada keterkaitan lisensi perizinan di kementerian teknis.
“Kami di Komisi VII juga ingin mendorong untuk ikut jadi percepatan. Jadi tidak ada gunanya MoU investasi yang ditandatangani yang proses perizinan itu lambat. Jadi kehadiran kami di Komisi VII akan masuk di hal itu, dan itu bolanya sudah bukan lagi di Kemenperin tetapi ada di Kementerian teknis lainnya,” Maman menandaskan.